Tuesday, January 8, 2019

Contoh Laporan kunjungan Museum Lampung

Contoh Laporan kunjungan Museum Lampung
   Hallo Guys......
Kali ini gw akan memberikan contoh laporan kunjungan,yaitu kunjungan museum lampung

KARYA TULIS
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE MUSEUM LAMPUNG

        






                  




Oleh :

AGUS KURNIAWAN
ANDRE BASTIAN
ERIANA WULANSARI
FITER GUSNANDAR
RENDI YULIYANTO
VIA INDRI SUSANTI





Kelas  IX.1






KATA PENGANTAR




Puji syukur kehadirat Allah SWT karena, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Walaupun masih banyak kekurangan dalam proses pembuatan karya ilmiah ini.
Karya tulis ini membahas tentang peninggalan bersejarah di museum lampung. Semoga karya ilmiah ini dapat menjadi inspirasi, motivasi atau pengetahuan bagi para pembaca.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan karya tulis ini. Karena tanpa bantuan dari seluruh pihak, mungkin karya tulis ini tidak akan tersusun dengan baik. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya tulis ini. kami memohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Terima kasih


                                                                                                                                                                                              


Daftar Isi


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Museum lampung
2.2 Sejarah Museum lampung
2.3 Keunikan Benda-benda Di museum Lampung

BAB III PEMBAHASAN
3.1 Peninggalan Bersejarah Yang Ada Di Museum Lampung
3.1.1 Batuan dan Mineral
3.1.2 Kendi atau Vas Bunga
3.1.3 Kendi / Kibuk Berceret Ganda
3.1.4 Periuk
3.1.5 Guci / Gentong
3.1.6 Kuali
3.1.7 Piring Tanah
3.1.8 Teko

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA






BAB  I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang Masalah
Museum Lampung adalah lembaga tempat perawatan, pengamatan dan memanfaatkan benda-benda bulat material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungan yang ada di provinsi lampung yang berisi benda-benda peninggalan bersejarah. Museum Negeri Lampung diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hasan pada tanggal 24 September 1988.Peresmian museum ini bertepatan dengan peringatan Hari Aksara Internasional yang dipusatkan di PKOR Way Halim. Pembangunan museum ini sebenarnya telah dimulai sekitar tahun 1975 dan peletakan batu pertama dilaksanakan pada tahun 1978.
“Ruwa Jurai” yang diabadikan sebagai nama museum ini diambil dari tulisan “Sang Bumi Ruwa Jurai” dalam logo resmi Provinsi Lampung – diresmikan penggunaannya sejak 1 April 1990. Memasuki era otonomi daerah, museum ini beralih status menjadi UPTD di bawah Dinas Pendidikan Provinsi Lampung. Ruwa jurai dimaknai dua tangkai atau jalur keturunan seluruh penduduk provinsi lampung. Penduduk provinsi lampung mengacu pada penduduk asli (masyarakat beradat perpaduan dan beradat Sai batin
) dan penduduk pendatang ( suku-suku lain yang tinggal di Lampung.
Keistimewaan museum lampung sendiri, yaitu karena keunikan koleksi-koleksi bersejarah yang menjadi ciri khas dari adat istiadat provinsi lampung. Koleksi museum juga termasuk benda peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya dimana Lampung masuk ke dalam wilayah kekuasaannya. Peninggalannya berupa naskah kuno di atas daun lontar, arca, baju besi pengawal kerajaan, pakaian adat berusia puluhan tahun, keramik, perhiasan kuno, dan uang benggol. Museum ini juga menyimpan beberapa peninggalan Radin Inten yang merupakan pahlawan Lampung dan keturunannya, seperti senjata dan lainnya.
Secara umum, koleksi museum meliputi berbagai benda peninggalan zaman prasejarah, zaman Hindu-Buddha, zaman kedatangan Islam, masa penjajahan, dan pasca-kemerdekaan. Selain dapat melihat-lihat koleksi museum, pada waktu-waktu tertentu taman budaya atau pusat kesenian di museum ini menggelar pagelaran musik tradisional dan tarian daerah Lampung. Selain sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, museum lampung juga merupakan tempat sarana pendidikan, penelitian kebudayaan rekreasi.
Agar penulis tidak menyimpang jauh dari materi yang dibahas, maka penulis ingin menyusun karya ilmiah ini secara sistematis. Dalam hal ini penulis ingin membahas peninggalan bersejarah yang ada di museum lampung. Peninggalan-peninggalan tersebut adalah warisan dari nenek moyang terdahulu. Penulis mengangkat masalah “peninggalan bersejarah di museum lampung” agar masyarakat khususnya pelajar, mengetahui benda-benda apa saja yang ada di museum lampung beserta keistimewaan dari museum lampung tersebut, kemudian bagaimana proses masuknya peninggalan bersejarah di museum lampung, serta bagaimana partisipasi pemerintah dan masyarakat terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di museum lampung.

        
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1   Pengertian Museum Lampung

Museum Lampung adalah lembaga tempat perawatan, pengamatan dan memanfaatkan benda-benda bulat material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungan yang ada di provinsi lampung yang berisi benda-benda peninggalan bersejarah.

2.2   Sejarah Museum Lampung
“Ruwa Jurai” yang diabadikan sebagai nama museum ini diambil dari tulisan “Sang Bumi Ruwa Jurai” dalam logo resmi Provinsi Lampung – diresmikan penggunaannya sejak 1 April 1990. Memasuki era otonomi daerah, museum ini beralih status menjadi UPTD di bawah Dinas Pendidikan Provinsi Lampung. Ruwa jurai dimaknai dua tangkai atau jalur keturunan seluruh penduduk provinsi lampung. Penduduk provinsi lampung mengacu pada penduduk asli ( masyarakat beradat perpaduan dan beradat Sai batin ) dan penduduk pendatang ( suku-suku lain yang tinggal di Lampung ).

2.3   Keunikan Benda-Benda di Museum Lampung
Menurut data tahun 2011, Museum Lampung “Ruwa Jurai” menyimpan sekitar 4.735 buah benda koleksi. Benda-benda koleksi ini terbagi menjadi 10 jenis, yaitu koleksi geologika, etnografika, historika, numismatika/heraldika, filogika, keramologika, seni rupa, dan teknografika. Koleksi yang paling banyak adalah etnografika yang mencapai 2.079. Koleksi etnografika ini mencakup berbagai benda buatan manusia yang proses pembuatan dan pemakaiannya menjadi ciri khas dari kebudayaan masyarakat Lampung.
Di antara koleksi-koleksi yang ditampilkan, antara lain pernak-pernik aksesori dari dua kelompok adat yang dominan di Lampung, yaitu Sai batin (Peminggir) dan Pepadun. Kedua kelompok adat ini masing-masing memiliki kekhasan dalam hal ritual adat dan aksesori yang dikenakan.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1   Peninggalan bersejarah yang ada di museum lampung
Menurut data tahun 2011, Museum Lampung “Ruwa Jurai” menyimpan sekitar 4.735 buah benda koleksi. Dan benda-benda koleksi ini terbagi menjadi 10 jenis, yaitu koleksi geologika, etnografika, historika, numismatika/heraldika, filogika, keramologika, seni rupa, dan teknografika.Koleksi yang paling banyak adalah etnografika yang mencapai 2.079. Koleksi etnografika ini mencakup berbagai benda buatan manusia yang proses pembuatan dan pemakaiannya menjadi ciri khas dari kebudayaan masyarakat Lampung. Di antara koleksi-koleksi yang ditampilkan, antara lain pernak-pernik aksesori dari dua kelompok adat yang dominan di Lampung, yaitu Sai batin (Peminggir) dan Pepadun Kedua kelompok adat ini masing-masing memiliki kekhasan dalam hal ritual adat dan aksesori yang dikenakan.
3.1.1   Batuan dan Mineral
Batuan, dari cara pembentukannya dibedakan atas 3 jenis yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Setiap batuan memiliki sejumlah mineral sebagai suatu endapan penyusun yang ada di dalam batuan. Di lampung, terdapat banyak mineral yang memiliki ekonomi dan dimanfaatkan sebagai bahan galian logam.
Bahan galian industri dan bahan galian energi diantaranya :
a. Batu Pasir, di Panaragan, Tulang Bawang Barat
e. Akik (agat) dan kalsedon di Way Papak, Lampung Selatan
f. Batu Gamping. Di Blambangan Umpu
g. alsit / Marmer. Di desa Gerbang Hilir, Padang Cermin, Lampung Selatan
h. Kuarsit. Di Way Sekampung, Tegineneng, Lampung Tengah
i.  Minyak Bumi. Di Kota Bumi
j.  Batu Bara. Di Menggala.

3.1.2   Kendi atau Vas Bunga
Ukuran tinggi : 16,4 cm, diameter bawah : 7,3 cm. Diameter atas : 4,3 cm, diameter : 12 cm. menggala , tulang bawang. Kendi sebagai tempat bunga atau vas bunga memiliki bentuk bermacam-macam. Bentuk vas bunga ini bulat mengecil ke atas, bahu datar, berleher tinggi dan berkaki. Vas bunga ini dibuat dari tanah liat dengan mempergunakan teknik tahap pelandas / putar, warna hitam. Pada bagian bawah badan menyudut, badan diberi motif teknik tekan alur-alur horizontal. Kendi vas bunga ini dipergunakan untuk kebutuhan menghias ruangan rumah agar indah, biasanya diisi air dan bunga-bunga hidup / segar, diletakkan diatas meja / buffet pada ruangan tamu. Diperkirakan dibuat pada awal abad 20.

3.1.3   Kendi / Kibuk Berceret Ganda (Cerat Empat)
Ukuran tinggi : 17 cm, diameter kaki 6,8 cm. Diameter kaki 6,8 cm. diameter 13 cm. Bakung udik, menggala tulang bawang. Kendi lampung (kibuk) berceret / corot berbentuk menyerupai buah dada berjumlah 4 dengan tutup palsu, pegangan bentuk lingkaran dihiasi bentuk segitiga. Badan bulat, di tengah badan ada ban melingkar beralur di tengah. Diantara cerat / corot ada motif hias teknik cubit 2 buah. Pada bagian bawah beralur, kaki tinggi, kendi / kibuk berwarna merah digunakan sebagai hiasan rumah tangga. Biasanya di letakkan diatas buffet / lemari hias di ruang tamu. Kendi ini merupakan simbol kendi perempuan. Diperkirakan dibuat pada abad 18 M.

3.1.4   Periuk (Lpg : Khayoh Tanoh )
Ukuran tinggi : 8,5 cm, tebal : 0,4 cm, Diameter : 2,3 cm bentuknya bulat ¾ lingkaran, mulut lebar, bibir melebar keluar agak naik, sebagai tempat menahan tutupnya. Biasanya ukuran khayoh tidak sama besarnya. Disesuaikan dengan muatan isinya. Khayoh dipergunakan untuk kebutuhan dapur rumah tangga sebagai wadah menanak nasi ngekhok dan merebus ramuan obat. Cara menggunakannya sebelum beras dimasukkan terlebih dahulu wadah ini dilapisi daun pisang selanjutnya ditutup. Teknik pembuatan putar, warna hitam. Diperkirakan pada abad 19 Masehi.

3.1.5   Guci / Gentong (Lpg : Gencung) 
Ukuran : diameter atas : 18,5 cm. Diameter bawah : 22 cm, Diameter : 42,5 cm tinggi : 39 cm. Desa bakung udik kecamatan menggala kab. Tulang bawang Gecung berbentuk bulat, agak mengecil ke bawah dan ke atas, tidak di glasir di bagian pundak terdapat 4 buah kupingan bentuk setengah lingkaran. Warna coklat kehitaman. Mengenai ukuran bermacam-macam, mulai ada yang besar hingga yang kecil. Teknik pembuatan tatap pelandas dan roda putar. Gentong / gecung digunakan untuk menyimpan air mentah (air untuk dimasak) yang diletakkan di dapur, dan nada yang diletakkan di luar rumah yakni dekat tangga naik ke rumah. Diperkirakan abad 19 Masehi.
3.1.6   Kuali  (Lpg : Belanga Tanah / Belango Tanoh)
Ukuran, diameter atas : 34 cm , diameter bawah : 16 cm, tebal : 2 cm, Desa sungkai utara kec. Abung, kab. Lampung utara. Bentuk menyerupai mangkok berbadan pendek agak cekung, bagian bawah (pantatnya) mendatar, pada sisi permukaan ada kuping sebagai tempat memegang di waktu mengangkat dan menjerangkan wadah ini. Digunakan untuk memasak sayur atau menggulai ikan dan daging. Fungsinya untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk ukuran belanga biasanya berbeda-beda dari ukuran paling kecil sampai ukuran yang paling besar, mengenai
bentuk belanga tidak bervariasi, hanya saja bagian bawah (pantatnya) bentuknya cembung dan nada yang rata. Diperkirakan awal abad ke 20 Masehi.

3.1.7   Piring tanah (Lpg : Panjang atau Ajang Tanoh)
Ukuran diameter : 33 cm, Tinggi : 18,5 cm. Desa bakung udik, kec. Menggala kab. Tulang bawang. Bentuk bundar, ceper memakai kaki. Seluruh bagian alat ini terbuat dari tanah liat, tanpa diglasir dan polos. / panjang / ajang tanoh dipakai untuk tempat nasi serta lauk pauknya. Diperkirakan abad ke 20 Masehi.

3.1.8        Teko (Lpg : Teko Tanah / Tiku tanah)
Ukuran tinggi : 12 cm, Diameter : 16,7 cm, tebal : 0,3 cm. Abung timur lampung utara. Bentuk bulat memakai tutup, pegangan dan moncong / bercorot tempat air keluar. Warna coklat, ragam hias putih dan Biru. Ragam hias terdapat pada badan dan atas tutup berupa sulur daun, bunga dan kepiting. Teko dipakai untuk tempat air teh. Diperkirakan pada abad ke 20.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1   KESIMPULAN
Museum lampung adalah tempat dimana benda-benda peninggalan bersejarah disimpan, dirawat, dan diabadikan di dalam museum. Benda-benda peninggalan tersebut di pamerkan kepada pengunjung sebagai bukti dari peninggalan bersejarah.

“Ruwa jurai” sebagai nama yang diambil dari tulisan “sang bumi ruwa jurai” dalam logo atau simbol resmi provinsi lampung. Museum lampung didirikan untuk kepentingan pelestarian warisan budaya dalam rangka pembinaan dan pengembangan kebudayaan bangsa, dan sebagai sarana pendidikan nonformal. Pemerintah berpartisipasi dalam melestarikan museum lampung dengan mengeluarkan dan menetapkan peraturan perundang-undangan.


4.2   SARAN
Museum merupakan salah satu bentuk dari pelestarian suatu peninggalan bersejarah. Benda-benda yang ada di dalam museum adalah bukti dari adanya sejarah di Indonesia Jika kita ingin melestarikan kebudayaan di Indonesia, maka sebaiknya banyak-banyaklah mengunjungi museum. Karena, di dalam museum, kita akan dikenalkan peristiwa bersejarah, adat suatu daerah, benda-benda kuno, kegunaan suatu benda pada zaman dahulu, ataupun dikenalkan manusia dan hewan purba yang telah punah. Museum juga akan memberikan pendidikan bagi pelajar ataupun masyarakat umum melalui benda-benda peninggalan tersebut, agar pelajar ataupun masyarakat umum mengetahui peninggalan nenek moyangnya.




DAFTAR PUSTAKA
http://bloggersamatiran2.blogspot.com/2016/03/laporan-pengamatan-di-museum-lampung.html?m=1

http://beankr7.blogspot.com/2016/02/laporan-studytour-ke-museum-lampung.html?m=1

Buku Ilmu Pengetahuan Sosial, kelas 9
 Sutarto, Nanang Herjunanto, Bambang Tri Purwanto, Sunardi, dan  Penny Rahmawaty

Buku Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap
S.Adhitama.Mt

  Itulah contoh laporan kunjungan
Terima kasih:)